Sekolah KU
Andi adalah seorang anak yang hidup di sebuah desa yang masih asri. Andi seorang anak berumur 17 tahun yang tidak memiliki harapan lagi untuk melanjutkan sekolahnya di tingkat SMA, karena biaya yang terbatas. Suatu pagi seperti hari biasa dimana ia membantu ayahnya bekerja di sawah, ia terdiam melihat sekelompok anak mengenakan seragam, sepatu dan membawa tas hendak berangkat ke sekolah. Andi hanya bisa berangan-angan kapan ia bisa ikut bersama temannya berangkat sekolah. Harapan Andi untuk sekolah seakan tidak akan pernah terwujud, karena faktor kesejahteraan ekonomi yang rendah dan harus membantu orang tuanya sebagai buruh tani.
Di sore hari saat ia akan pulang dari sawah, ia melihat sekelompok orang membawa peralatan pertanian (cangkul, sabit dll) dari arah berlawanan. Andi merasa keheranan dan bertanya-tanya mau pergi kemana orang-orang itu, mau pergi berunjuk rasa atau mengamuk warga. Namun semakin dekat massa tersebut, Andi sedikit kaget setelah melihat mereka juga membawa alat tulis. Ketika mereka berpapasan, Andi diajak untuk ikut bergabung dan pergi bersama mereka.
Sampainya mereka di tujuan, Andi baru tahu bahwa mereka menuju sekolahan yang ada di desanya. Sekolah baru itu adalah sekolah terbuka. Siswa sekolah itu tidak dibatasi umur layaknya sekolah umum yang ada. Sekolah ini memberikan pelayanan secara gratis bagi siswanya, pelayanan tersebut ialah gratis uang sekolah, alat tulis, dll. Siswa yang lulus dari sekolah ini pun mendapat sertifikat. Kegiatan pembelajaran di sekolah ini dilakukan 3 kali dalam seminggu disore hari selama 3 tahun, sehingga tidak mengganggu aktivitas siswanya. Dengan adanya sekolah terbuka, Andi bisa melanjutkan pendidikannya dan menggapai mimpinya yang belum tercapai selama ini.
Pesan moral :
· Menuntut ilmu tidak mengenal usia, selama masih ada keingingan.
· Biaya tidak membatasi untuk mendapat ilmu.
Di sore hari saat ia akan pulang dari sawah, ia melihat sekelompok orang membawa peralatan pertanian (cangkul, sabit dll) dari arah berlawanan. Andi merasa keheranan dan bertanya-tanya mau pergi kemana orang-orang itu, mau pergi berunjuk rasa atau mengamuk warga. Namun semakin dekat massa tersebut, Andi sedikit kaget setelah melihat mereka juga membawa alat tulis. Ketika mereka berpapasan, Andi diajak untuk ikut bergabung dan pergi bersama mereka.
Sampainya mereka di tujuan, Andi baru tahu bahwa mereka menuju sekolahan yang ada di desanya. Sekolah baru itu adalah sekolah terbuka. Siswa sekolah itu tidak dibatasi umur layaknya sekolah umum yang ada. Sekolah ini memberikan pelayanan secara gratis bagi siswanya, pelayanan tersebut ialah gratis uang sekolah, alat tulis, dll. Siswa yang lulus dari sekolah ini pun mendapat sertifikat. Kegiatan pembelajaran di sekolah ini dilakukan 3 kali dalam seminggu disore hari selama 3 tahun, sehingga tidak mengganggu aktivitas siswanya. Dengan adanya sekolah terbuka, Andi bisa melanjutkan pendidikannya dan menggapai mimpinya yang belum tercapai selama ini.
Pesan moral :
· Menuntut ilmu tidak mengenal usia, selama masih ada keingingan.
· Biaya tidak membatasi untuk mendapat ilmu.
Impian Tertunda
Pagi itu di sebuah rumah yang sederhana,di dalam kamar yang kotor terlihat seorang anak masih terlelap dengan gitar di sampingnya. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan terdengar teriakan ibunya “Joko .... Joko bangun sudah pagi!”.Joko pun langsung terbangun.
Saat dia membuka pintu depan rumah, ia melihat teman-temanya yang akan berangkat kesekolah. Merekapun berangkat bersama-sama.
Dalam perjalanan menuju kesekolah, mereka saling bersenda gurau. Kemudian mereka bertemu dengan salah satu gurunya.Terlihat guru tersebut sedang berdiri di atas jembatan bambu sambil merenung. Merekapun langsung menyapanya. Setelah mereka bertanya, ternyata guru tersebut sedang melihat salah satu temanya sedang hunting foto di pinggir sungai. Lalu dia bercerita kalau dulu temanya itu mempunyai cita-cita ingin jadi seorang fotographer. Kemudian gurupun menanyakan cita-cita muridnya.
“Kalau kalian, cita-citanya mau jadi apa?”tanya guru tersebut.
Lalu mereka menjawab sesuai dengan cita-citanya masing-masing. Ada yang ingin menjadi guru, dokter dan pemain pilot. Namun pada saat Joko ditanya tentang cita-citanya, ia pun terdiam.Gurunya memanggil namanya berkali-kali sampai akhirnya dia tersadar ternyata yang memanggil adalah ibunya. Panggilan ibunya telah menyadarkan Joko dari lamunanya. Ternyata dari tadi dia hanya membayangkan seandainya bisa bersekolah dan menggapai cita-citanya.
Pesan Moral :
Sekolahkan anak kita. Karena sekolah adalah awal dari satu impian.
Saat dia membuka pintu depan rumah, ia melihat teman-temanya yang akan berangkat kesekolah. Merekapun berangkat bersama-sama.
Dalam perjalanan menuju kesekolah, mereka saling bersenda gurau. Kemudian mereka bertemu dengan salah satu gurunya.Terlihat guru tersebut sedang berdiri di atas jembatan bambu sambil merenung. Merekapun langsung menyapanya. Setelah mereka bertanya, ternyata guru tersebut sedang melihat salah satu temanya sedang hunting foto di pinggir sungai. Lalu dia bercerita kalau dulu temanya itu mempunyai cita-cita ingin jadi seorang fotographer. Kemudian gurupun menanyakan cita-cita muridnya.
“Kalau kalian, cita-citanya mau jadi apa?”tanya guru tersebut.
Lalu mereka menjawab sesuai dengan cita-citanya masing-masing. Ada yang ingin menjadi guru, dokter dan pemain pilot. Namun pada saat Joko ditanya tentang cita-citanya, ia pun terdiam.Gurunya memanggil namanya berkali-kali sampai akhirnya dia tersadar ternyata yang memanggil adalah ibunya. Panggilan ibunya telah menyadarkan Joko dari lamunanya. Ternyata dari tadi dia hanya membayangkan seandainya bisa bersekolah dan menggapai cita-citanya.
Pesan Moral :
Sekolahkan anak kita. Karena sekolah adalah awal dari satu impian.
|
|